Ibnul Jauzy rahimahullah menasihati anaknya,
“Dan apabila ia kembali membayangkan masa hidupnya di dunia -misalnya enam puluh tahun¬-, maka sekitar tiga puluh tahun ia habiskan waktunya untuk tidur, lima belas tahun di waktu kecil, dan sisanya sebahagian besar dihabiskan untuk kepentingan syahwat, makan, dan mencari penghidupan. Dan jika dihitung apa-apa yang ia perbuat untuk akhiratnya, maka yang ada hanyalah amalan riya dan banyak lalai.
Jika demikian, maka dengan apa engkau membeli kehidupan yang abadi nanti? Sedangkan waktu adalah harganya.”
Laftatul Kabad Fi Nasihatil Walad, Ibnul Jauzy