JANGAN BERTEMAN KECUALI DENGAN ORANG YANG BAIK!!

Malik bin Dinar rahimahullah berkata:

كل جليس لا تستفيد منه خيرًا فاجتنبه.

“Semua teman duduk yang engkau tidak bisa mengambil faedah berupa kebaikan dirinya, maka jauhilah dia!”

Az-Zuhd, karya Ibnu Abi Ashim, hlm. 86

Sumber || https://twitter.com/Arafatbinhassan/status/874454653257338886

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Advertisement
JANGAN BERTEMAN KECUALI DENGAN ORANG YANG BAIK!!

DAHULUKAN SANGKA BAIK TERHADAP SAUDARAMU!!

Asy-Syaikh Musthafa Mabram hafizhahullah berkata:

‏في بعضِ أو كثيرٍ من الأحيان قد لا يكون الحقيقة ما تراه، تأمل حديث “إنها صفية “يندفع عنك كثير من سوء الظن في معاملة الأخرين.

“Pada sebagian atau banyak keadaan, seringnya hakekat sebuah permasalahan tidak seperti yang engkau lihat sekilas, perhatikanlah hadits:

إِنَّهَا ﺻَﻔِﻴَّﺔُ.

“Sesungguhnya dia adalah Shafiyyah.”*

Niscaya akan lenyap darimu sekian banyak buruk sangka dalam bermuamalah dengan orang lain.”

Sumber || https://twitter.com/mbrm1430/status/874387018901594112

* HR. Al-Bukhary no. 2035 dan Muslim no. 2175

Intinya adalah Ummul Mu’minin Shafiyyah bintu Huyyai menjenguk Rasulullah shallallahu alaihi was sallam yang sedang melakukan i’tikaf, lalu ketika beliau mengantarnya pulang, beliau berjumpa dengan dua orang Shahabat, lalu beliau mengatakan bahwa wanita yang bersama beliau adalah istri beliau, agar tidak muncul buruk sangka dari kedua orang tersebut. (pent)

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

DAHULUKAN SANGKA BAIK TERHADAP SAUDARAMU!!

Orang Yang Suka Berbuat Baik Belum Tentu Mampu Meninggalkan Maksiat

Sebahagian ulama ada yang mengatakan:

ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺒِﺮِّ ﻳﻔﻌﻠﻬﺎ ﺍﻟﺒَﺮ ﻭﺍﻟﻔﺎﺟﺮ، ﻭﻻ ﻳﻘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﺇﻻ ﺻﺪﻳﻖ.

“Perbuatan baik dilakukan oleh orang yang baik mahupun orang yang jahat, namun tidak mampu meninggalkan maksiat kecuali orang yang jujur imannya.”

Thariqul Hijratain, hlm. 598

⚪ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Orang Yang Suka Berbuat Baik Belum Tentu Mampu Meninggalkan Maksiat

Apa Yang Ditanam, Itulah Yang Dituai

Berkata Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu anhu :

فَمَنْ زَرَعَ خَيْرًا يُوشِكُ أَنْ يَحْصُدَ رَغْبَةً ، وَمَنْ زَرَعَ شَرًّا يُوشِكُ أَنْ يَحْصُدَ نَدَامَةً ، وَلِكُلِّ زَارِعٍ مَا زَرَعَ

Barangsiapa yang menanam kebaikan maka ia akan menuai kebahagiaan. Barangsiapa yang menabur kejelekan maka ia akan menuai penyesalan. Setiap orang yang menanam akan menuai hasil apa yang ia tanam.”

Az Zuhud karya Abu Dawud no 130 – الزهد لأبي داود ١٣٠

Continue reading “Apa Yang Ditanam, Itulah Yang Dituai”

Apa Yang Ditanam, Itulah Yang Dituai

Bersegeralah Pada Kebaikan

Berkata Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah,

وإذا هممت بصدقة أو ببر أو بعمل صالح فعجل مضيه من ساعته من قبل أن يحول بينك وبينه الشيطان

“Apabila engkau ingin bersedekah, berbuat kebaikan, atau beramal soleh, maka segeralah lakukan pada saat itu, sebelum syaitan menjadi penghalang antara dirimu dan dia.”
 
Hilyatul Auliya’, 7/61
Bersegeralah Pada Kebaikan

Demikianlah Hendaknya Seorang Teman

Asy-Syaikh Zaid Al-Madkholiy -rohimahullohu ta’ala- berkata :

“Teman sejati itu adalah yang membantu saudaranya sesuai kemampuan, meskipun (hanya) dengan (menyampaikan) sebuah kalimat yang baik. Dan membantunya dengan (memberikan) nasihat untuk peribadinya. Dan jika lupa sesuatu, dia mengingatkannya demi menegakkan hak pertemanan. Terlebih dalam perkara yang terkait dengan urusan agama, maka dia mengingatkannya dan menasihatinya serta menghulurkan (bantuan) kebaikan untuknya. Maka semua itu termasuk memenuhi (hak) persahabatan.

Dan adapun orang yang jika engkau lupa, dia tidak mengingatkanmu. Jika engkau memerlukannya, dia tidak membantumu. Maka sungguh dia tidaklah menegakkan hak persahabatan, kerana dia tidak mengetahui kadar persahabatan dan kadar sesuatu yang mengakibatkan pemenuhan (hak) bersama dengan teman-teman.”

‘Aunul Ahadish Shomad bi Syarhil Adabil Mufrod (1/166)

Continue reading “Demikianlah Hendaknya Seorang Teman”

Demikianlah Hendaknya Seorang Teman

Wahai Orang Miskin!

Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

“Wahai miskin (orang yang perlu dikasihani), kamu seorang yang musii’ (berbuat jelek), namun kamu melihat dirimu muhsin (berbuat baik). Kamu itu bodoh, namun kamu melihat dirimu sebagai orang berilmu. Kamu bakhil, namun kamu melihat dirimu dermawan. Kamu dungu, tapi kamu melihat dirimu sebagai orang berakal. Umurmu itu pendek, namun angan-anganmu panjang.”

Mengomentari ucapan tersebat, adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan,

“Sungguh demi Allah, (Fudhail bin ‘Iyadh) telah benar. Dan kamu zalim, namun kamu memandang dirimu dizalimi. Kamu memakan sesuatu yang haram, namun kamu merasa sebagai orang yang wara’. Kamu fasiq, namun kamu merasa sebagai orang adil. Kamu mencari ilmu untuk dunia, namun kamu mengira dirimu mencari ilmu kerana akhirat.”

Siyar A’lam an-Nubala’ (VIII/440)

Wahai Orang Miskin!