SESUATU YANG PALING MEMBAHAYAKAN UMAT ISLAM

Asy-Syaikh Muqbil bin Hady rahimahullah berkata:

‏وأضر ما حصل للمسلمين هو جهلهم بدينهم، من أجل هذا يشترى الرجل بأتفه الأثمان.

“Sesuatu yang paling membahayakan kaum muslimin adalah kebodohan mereka tentang agama mereka, karena inilah seseorang ada yang bisa dibeli dengan sesuatu yang paling rendah harganya.”

Gharatul Asyrithah, jilid 3 hlm. 31

Sumber || https://twitter.com/muqbelWadi/status/746015610547675136

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎

Advertisement
SESUATU YANG PALING MEMBAHAYAKAN UMAT ISLAM

Jangan Merasa Sempurna

Berkata Ibnu Hazm rahimahullah,

العاقل هو من ميز عيوب نفسه فغالبها وسعى في قمعها والأحمق هو الذي يجهل عيوب نفسه .

“Orang yang berakal adalah orang yang mengetahui kekurangan pada dirinya lalu dia melawannya dan berusaha mengalahkannya, sementara orang bodoh adalah orang yang tidak tahu akan kekurangan dirinya.”

(Al-Akhlaq was-siyar:66)

Jangan Merasa Sempurna

Jadilah Orang-orang yang Cerdas

Asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah,

“Pihak yang berbuat makar terhadapmu tidak akan menjelaskan kepadamu maksud dan tujuannya, tidak pula hakikatnya. Namun dia akan menampakkan kepadamu pakaian Islam.

Sebagaimana telah berpakaian dengannya Abdullah bin Saba’, al-Mukhtar bin Abi Ubaid, Abu Muslim al-Khurasani, ‘Ubaidullah asy-Syii’i, Ali bin Fadhl, Mushthafa Attaturk, dan orang-orang semisal mereka.

🏻Ketika mereka ingin menghancurkan Islam, mereka berpakaian dengan baju Islam. Membunuh Islam dengan pedang Islam. Jadilah kalian orang-orang cerdas, janganlah jadi orang-orang bodoh!

Para musuh justeru membimbing kalian untuk menghancurkan dan merosakkan Islam dengan tangan-tangan kalian sendiri, dan menghancurkan aqidah kalian dengan tangan-tangan kalian sendiri.”

Marhaban Ya Thalib al-‘Ilmi, hal. 381

Continue reading “Jadilah Orang-orang yang Cerdas”

Jadilah Orang-orang yang Cerdas

Antara Kecerdasan dan Kesucian Hati

Syaikh Fawaz Al-Madkhali hafizhohullah berkata,

“Kecerdasan adalah lawan dari kebodohan, yaitu tajam dalam memahami, di mana dengan kecerdasan tersebut seseorang dapat mengetahui hal yang tersembunyi dari suatu perkara.

Kecerdasan bukanlah kesucian, kecerdasan berkaitan dengan pemahaman, sedangkan kesucian berkaitan dengan hati.

Sebahagian dari mereka sebagaimana yang disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

“Mereka diberi kecerdasan akan tetapi tidak diberi kesucian (hati), mereka diberi kemampuan memahami akan tetapi tidak diberi ilmu, dan mereka diberi pendengaran, penglihatan, dan hati, maka tidak bergunalah pendengaran, penglihatan dan hati mereka sedikit pun, kerana mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh seksa yang dahulu mereka selalu memperolok-oloknya.”

Mungkin saja seorang yang kafir memiliki kecerdasan, kecerdasan dan kepandaian sebagaimana hal tersebut telah diketahui, akan tetapi dia tidak memiliki kesucian (hati).

Jika terkumpul pada seorang muslim antara kecerdasan dan kesucian maka itulah cahaya di atas cahaya yang Allah berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.”

Syaikh Fawaz Al-Madkholi hafizhohullah
Pelajaran Syarh Al Ushulus Sittah
Majalis Miratsil Anbiya` At-Ta`shiliyyah

بين الذكاء والزكاء

الذكاء ضد الغباء، وهو حدة الفهم، يدرك به الإنسان الغامض من الأمور،

الذكاء غير الزكاء، الذكاء متعلق بالفهم والزكاء متعلق بالقلب.

فبعضهم كما قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله :
أوتوا ذكاء وما أوتوا زكاء، وأعطوا فهوما وما أعطوا علوما، وأعطوا سمعا وأبصارا وأفئدة فما أغنى عنهم سمعهم ولا أبصارهم ولا أفئدتهم من شيء إذ كانوا يجحدون بآيات الله وحاق بهم ما كانوا به يستهزءون. اهـ

فقد يكون الكافر ذكي، ذكي ونابغة كما هو معروف، ولكنه غير زكي،

فإذا جمع المسلم بين الذكاء والزكاء فهذا نور على نور، يؤتيه الله من يشاء

Antara Kecerdasan dan Kesucian Hati

Wahai Orang Miskin!

Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

“Wahai miskin (orang yang perlu dikasihani), kamu seorang yang musii’ (berbuat jelek), namun kamu melihat dirimu muhsin (berbuat baik). Kamu itu bodoh, namun kamu melihat dirimu sebagai orang berilmu. Kamu bakhil, namun kamu melihat dirimu dermawan. Kamu dungu, tapi kamu melihat dirimu sebagai orang berakal. Umurmu itu pendek, namun angan-anganmu panjang.”

Mengomentari ucapan tersebat, adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan,

“Sungguh demi Allah, (Fudhail bin ‘Iyadh) telah benar. Dan kamu zalim, namun kamu memandang dirimu dizalimi. Kamu memakan sesuatu yang haram, namun kamu merasa sebagai orang yang wara’. Kamu fasiq, namun kamu merasa sebagai orang adil. Kamu mencari ilmu untuk dunia, namun kamu mengira dirimu mencari ilmu kerana akhirat.”

Siyar A’lam an-Nubala’ (VIII/440)

Wahai Orang Miskin!