Diri
BENARKAH MEMBELA DIRI DARI TUDUHAN DUSTA TERCELA?!
Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’dy rahimahullah berkata:
لا يلام الإنسان على السعي في دفع التهمة عن نفسه وطلب البراءة لها، بل يحمد على ذلك.
“Seseorang tidak tercela atas usahanya membantah tuduhan dusta terhadap dirinya dan menuntut agar dirinya dibersihkan dari tuduhan dusta tersebut, bahkan dia terpuji atas hal itu.”
Tafsir as-Sa’dy, hlm. 505
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
Meninggalkan Tasyahhud Awal Lalu Berdiri dan Kembali Setelah Sempurna Berdiri
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan:
Saya shalat di salah satu masjid dan terjadi lupanya imam dengan tasyahhud awal dan berdiri tegak lalu makmum mengingatkan dengan tasbih sehingga imam kembali lalu duduk untuk bertasyahhud. Kemudian berdiri menyempurnakan shalat dengan bentuk yang benar. Namun setelah kami selesai shalat seseorang berkata: Wahai manusia sesungguhnya shalat kalian batal. Maka kami mohon perhatian dari Anda yang mulia penjelasan hukum masalah ini?
Continue reading “Meninggalkan Tasyahhud Awal Lalu Berdiri dan Kembali Setelah Sempurna Berdiri”
Bunuh Diri Bukan Syahid
Al ‘Alamah Soleh Fauzan hafidhohullohu ta’ala mengatakan :
“لا يُحكم لكل من قتل نفسه أو قتل بأنه شهيد”
“Tidak dihukumi bagi tiap orang yang bunuh diri atau dia terbunuh itu mati syahid.”
📚Al Ajwibah Al Mufidah 95
Dua Kesempatan Berdiri di hadapan Allah
Berkata Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah :
“Bagi seorang hamba memiliki dua kesempatan berdiri di hadapan Allah, berdiri di hadapanNya ketika solat dan berdiri di hadapanNya ketika berjumpa denganNya (di hari Kiamat). Maka barangsiapa menunaikan haknya apa yang ada pada berdiri yang pertama (yaitu solat) maka akan mudah baginya pada kesempatan berdiri yang kedua (di akhirat), dan barangsiapa yang meremehkan kesempatan berdiri yang pertama dan tidak menunaikan haknya maka akan berat baginya pada berdiri yang kedua (di akhirat).”
Al Fawàid oleh Ibnul Qayyim 273
Pabila Dia Datang Memohon Maaf
Ibn al-Qayyim rahimahullah berkata,
“Barangsiapa berbuat keburukan padamu, lalu ia datang meminta maaf, maka sungguh sifat tawadhu’ (merendah diri) telah diwajibkan ke atasmu untuk menerima uzurnya (permohonan maafnya). Adapun hakikat sebenarnya yang tersembunyi hendakhlah dipasrahkan kepada Allah Ta’ala.”
Tahdzibul Madarij (2/687)
قال ابن القيم رحمه الله:
من أساء إليك ثم جاء ليعتذر فإن التواضع يوجب عليك قبول معذرته وتكل سريرته إلى الله تعالى
تهذيب المجارج 2687/