KEMBALI KEPADA KEBENARAN

Al-‘Allamah Hamud at-Tuwaijiri rahimahullah mengatakan

«الرجوع إلى الحق نُبل وفضيلة ، كما أن التمادي على الباطل نقص ورذيلة»

“Kembali kepada kebenaran adalah kemuliaan dan keutamaan, sebagaimana halnya bersikeras di atas kebatilan adalah kekurangan dan kerendahan.”

(al-Ihtijaj bil Atsar 300)

Sumber || https://goo.gl/u89Fhj

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Advertisement
KEMBALI KEPADA KEBENARAN

Kebenaran Bukan Diukur dengan Manusia Tetapi Manusia yang Diukur dengan Kebenaran

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وكثير من الناس يزن الأقوال بالرجال، فإذا اعتقد في الرجل أنه معَظَّم قَبِل أقوالَه وإن كانت باطلةً مخالفةً للكتاب والسنة، بل لا يصغي حينئذ إلى مَنْ يردّ ذلك القول بالكتاب والسنة، بل يجعل صاحبه كأنه معصوم.
وإذا ما اعتقد في الرجل أنه غير معَظَّم ردَّ أقوالَه وإن كانت حقاً، فيجعل قائل القول سبباً للقبول والرد من غير وزن بالكتاب والسنة.

“Ramai orang yang menilai perkataan dengan melihat orang-orang yang mengucapkannya, jadi jika dia meyakini bahawa seseorang itu dimuliakan, maka dia menerima ucapan-ucapannya, walaupun bathil dan bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, bahkan ketika itu dia tidak mahu mendengarkan siapa saja yang membantah ucapan tersebut dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, bahkan dia menjadikan orang yang mengucapkan kebatilan tersebut seakan-akan orang yang maksum. Sebaliknya; jika dia meyakini bahwa seseorang itu tidak dimuliakan, maka dia menolak perkataan-perkataannya, walaupun sesuai dengan kebenaran. Jadi dia menjadikan orang yang mengucapkan sebagai sebab diterima dan ditolaknya sebuah perkataan, tanpa menimbangnya dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.”

Jami’ul Masail, jilid 1 hlm. 463

Sumber || https://telegram.me/din_nasiha
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Kebenaran Bukan Diukur dengan Manusia Tetapi Manusia yang Diukur dengan Kebenaran

Sedikitnya Orang yang Bersikap Adil

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

‏أكثر الناس إنما يتكلم بالحق في رضاه، فإذا غضب أخرجه غضبه إلى الباطل.

“Kebanyakan manusia hanya berbicara dengan kebenaran ketika dia dalam keadaan redha, jika dia marah maka kemarahannya menyeretnya kepada kebatilan.”

Ighatsatul Lahafan, jilid 1 hlm. 43

Sumber || https://twitter.com/m_alfwaid/status/601273452851400704
WhatsApp Salafy Cileungsi
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Sedikitnya Orang yang Bersikap Adil

Kebenaran Itu Dicintai Secara Fitrah

Berkata Shaikh Ibn Taimiyyah rahimahullah,

فإن الحق محبوب في الفطرة، وهو أحب إليه وأجلّ فيها، وألذّ عندها من الباطل الذي لا حقيقة له، فإن الفطرة لا تحب ذلك

“Sesungguhnya kebenaran itu dicintai (secara) fitrah, dan ia dicintai lebih dan lebih agung dalamnya, dan lebih lazat daripada kebatilan yang tiada kebenaran baginya, dan sesungguhnya (secara) fitrah itu tidak mencintainya.”

Sowariful anil Haqq

Kebenaran Itu Dicintai Secara Fitrah

Pembeza Kebenaran dan Kebatilan

Berkata Imam Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah:

“Dan sesungguhnya engkau tidak akan mampu untuk membezakan antara pelaku kebenaran dengan pelaku kebatilan kecuali melalui: ilmu yang bermanfaat, dan sungguh kami telah melihat sekelompok orang yang terjungkal oleh sebab penolakan mereka dan keengganan mereka terhadap ilmu yang bermanfaat, dan jadilah mereka pengikut setiap penyeru.”

Qam’u Al-Mu’anid (2/550).

Continue reading “Pembeza Kebenaran dan Kebatilan”

Pembeza Kebenaran dan Kebatilan

Tidak! Walaupun Satu Ayat

Dari Asma bin ‘Ubaid, ia berkata:

دَخَلَ رَجُلاَنِ مِنْ أَصْحَابِ الأَهْوَاءِ عَلَى ابْنِ سِيرِينَ فَقَالاَ : يَا أَبَا بَكْرٍ نُحَدِّثُكَ بِحَدِيثٍ؟ قَالَ : لاَ. قَالاَ : فَنَقْرَأُ عَلَيْكَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ؟ قَالَ : لاَ ، لَتَقُومَانِ عَنِّى أَوْ لأَقُومَنَّ. قَالَ : فَخَرَجَا فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : يَا أَبَا بَكْرٍ وَمَا كَانَ عَلَيْكَ أَنْ يَقْرَآ عَلَيْكَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى؟ قَالَ : إِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْرَآ عَلَىَّ آيَةً فَيُحَرِّفَانِهَا فَيَقِرُّ ذَلِكَ فِى قَلْبِى

Dua orang ahlul ahwa datang kepada Ibnu Sirin, mereka berdua berkata: “Wahai Abu Bakr, kami akan membacakan kepadamu satu hadis!” Ibnu Sirin berkata: “Tidak!”, mereka berdua berkata: “Kalau begitu kami akan membacakan kepadamu satu ayat dari Kitabullah?” Ibnu Sirin berkata: “Tidak! Pergilah kalian dariku, atau aku yang pergi!” (Asma bin ‘Ubaid) berkata: Maka mereka berdua keluar, lalu beberapa orang bertanya:

“Wahai Abu Bakr, kenapa engkau (tidak mahu) ketika mereka akan membacakan kepadamu satu ayat dari Kitab Allah ta’ala?” Ibnu Sirin menjawab: “Aku khawatir mereka berdua akan membacakan kepadaku sebuah ayat, lalu mereka menyimpangkannya, kemudian hal itu (penyimpangan tersebut) akan menetap di hatiku.”

Diriwayatkan ad-Darimi dalam Sunan-nya (397), lihat Siyar A’lamin Nubala (11/285)

Tidak! Walaupun Satu Ayat

Menyamakan antara Kebenaran dan Kebatilan

Diberitakan kepada Al Auza’i, bahwa seseorang mengatakan, “Saya bermajelis dengan ahli sunnah dan saya juga bermajlis dengan ahli bidah.” Maka Al Auza’i mengatakan, “Orang ini ingin menyamakan antara kebenaran dengan kebatilan.”

Diriwayatkan oleh Ibn Battah dalam Al-Ibanah no.430

WhatsApp Thulab Fiyus via grup SLN
WA Forum Berbagi Faidah

ﻗﻴﻞ ﻟﻸﻭﺯﺍﻋﻲ ﺇﻥ ﺭﺟﻼ ﻳﻘﻮﻝ : “ﺃﻧﺎ ﺃﺟﺎﻟﺲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺃﺟﺎﻟﺲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ.” ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ :

“ﻫﺬﺍ ﺭﺟﻞ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﺴﻮﻱ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻞ.”

[رواه ابن بطه في الإبانة رقم/ 430]

Menyamakan antara Kebenaran dan Kebatilan