MATI DI ATAS SUNNAH ADALAH KEMULIAAN

Berkata Abdullah bin Mubarak rahimahullah (semoga Allah merahmatinya):

اعلم أخي أن الموت اليوم كرامة لكل مسلم لقي الله على السنة

Ketahuilah wahai saudaraku bahwasanya kematian pada hari ini merupakan kemuliaan bagi setiap muslim yang menjumpai Allah (yakni meninggal dunia) di atas sunnah.

فإنا لله وإنا إليه راجعون ، إلى الله نشكو وحشتنا وذهاب الإخوان وقلة الأعوان

Maka sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan dan sesungguhnya kita semua akan kembali kepada-Nya. Kepada Allah-lah kita mengadukan kesedihan kita, hilangnya saudara, serta sedikitnya saling tolong-menolong.

وظهور البدع وإلى الله نشكو عظيم ما حل بهذه الأمة من ذهاب العلماء أهل السنة وظهور البدع.

Bid’ah-bid’ah, dan kepada Allah-lah kita mengadu, merupakan hal terbesar yang memecah umat ini, (yaitu) dengan hilangnya para ulama ahlus sunnah dan munculnya bid’ah-bid’ah.

(Kitabul Bida’ karya Ibnu Wadhah Al-Qurthuby 97)

Sumber https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=135983

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://telegram.me/forumsalafy

Advertisement
MATI DI ATAS SUNNAH ADALAH KEMULIAAN

KEMBALI KEPADA KEBENARAN

Al-‘Allamah Hamud at-Tuwaijiri rahimahullah mengatakan

«الرجوع إلى الحق نُبل وفضيلة ، كما أن التمادي على الباطل نقص ورذيلة»

“Kembali kepada kebenaran adalah kemuliaan dan keutamaan, sebagaimana halnya bersikeras di atas kebatilan adalah kekurangan dan kerendahan.”

(al-Ihtijaj bil Atsar 300)

Sumber || https://goo.gl/u89Fhj

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

KEMBALI KEPADA KEBENARAN

SUMBER KEMULIAAN DAN KEHINAAN YANG HAKIKI

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dahulu sering berdoa:

اللهم أعزني بطاعتك، ولا تذلني بمعصيتك.

“Yaa Allah, muliakanlah diriku dengan cara mentaati-Mu, dan jangan hinakan diriku dengan sebab bermaksiat kepada-Mu.”

Lathaiful Ma’arif, hlm. 64

Sumber || https://twitter.com/fzmhm12121/status/838597642682781697

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

SUMBER KEMULIAAN DAN KEHINAAN YANG HAKIKI

TAWADHU DAN KEMULIAAN AL-IMAM AHMAD

Ali bin Abi Fazaarah bercerita:

“Dahulu ibuku menderita lumpuh selama 20 tahun, maka suatu hari beliau berkata, “Pergilah kepada Ahmad bin Hanbal dan mintalah agar beliau mendoakan agar aku sembuh!” Saya pun mendatangi beliau. Ketika saya mengetuk pintu, beliau ternyata ada di gang rumahnya. Beliau bertanya, “Siapa ini?” Saya jawab, “Saya orang yang disuruh oleh ibunya yang lumpuh agar meminta doa kepada Anda.” Maka saya mendengar jawaban beliau seperti perkataan orang yang marah dengan mengatakan, “Kami lebih butuh untuk engkau berdoa kepada Allah untuk kami.” Maka saya pun pergi. Tiba-tiba ada seorang wanita lanjut usia yang muncul seraya berkata, “Ketika engkau meninggalkan beliau, dia akan mendoakan untuk ibumu.” Maka saya pun pulang ke rumah dan mengetuk pintu, ternyata ibu saya yang keluar membukakan pintu karena sudah bisa berjalan.”

(Siyar A’lamin Nubala’, terbitan Mu’asassah Ar-Risalah, 11/211-212)

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

TAWADHU DAN KEMULIAAN AL-IMAM AHMAD

Di antara Sifat Orang-orang Besar

Ayyub as-Sikhtiyyany rahimahullah berkata:

لا ينبل الرجلُ حتى يكون فيه خصلتان: العفة عما في أيدي الناس والتجاوز عما يكون منهم.

“Seseorang tidak akan menjadi orang yang mulia sampai pada dirinya terdapat dua sifat; menjaga kehormatan dari apa yang ada di tangan orang lain, dan suka memaafkan kekurangan yang muncul dari mereka.”

Makarimul Akhlaq, karya Ibnu Abid Dunya, no. 42

Sumber || https://twitter.com/channel_moh/status/807314119271546880

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Di antara Sifat Orang-orang Besar

Kebenaran Bukan Diukur dengan Manusia Tetapi Manusia yang Diukur dengan Kebenaran

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وكثير من الناس يزن الأقوال بالرجال، فإذا اعتقد في الرجل أنه معَظَّم قَبِل أقوالَه وإن كانت باطلةً مخالفةً للكتاب والسنة، بل لا يصغي حينئذ إلى مَنْ يردّ ذلك القول بالكتاب والسنة، بل يجعل صاحبه كأنه معصوم.
وإذا ما اعتقد في الرجل أنه غير معَظَّم ردَّ أقوالَه وإن كانت حقاً، فيجعل قائل القول سبباً للقبول والرد من غير وزن بالكتاب والسنة.

“Ramai orang yang menilai perkataan dengan melihat orang-orang yang mengucapkannya, jadi jika dia meyakini bahawa seseorang itu dimuliakan, maka dia menerima ucapan-ucapannya, walaupun bathil dan bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, bahkan ketika itu dia tidak mahu mendengarkan siapa saja yang membantah ucapan tersebut dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, bahkan dia menjadikan orang yang mengucapkan kebatilan tersebut seakan-akan orang yang maksum. Sebaliknya; jika dia meyakini bahwa seseorang itu tidak dimuliakan, maka dia menolak perkataan-perkataannya, walaupun sesuai dengan kebenaran. Jadi dia menjadikan orang yang mengucapkan sebagai sebab diterima dan ditolaknya sebuah perkataan, tanpa menimbangnya dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.”

Jami’ul Masail, jilid 1 hlm. 463

Sumber || https://telegram.me/din_nasiha
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

Kebenaran Bukan Diukur dengan Manusia Tetapi Manusia yang Diukur dengan Kebenaran

Agar Isteri Dicintai Suami

Seorang isteri bertanya kepada seorang ulama tentang perdebatan dan pertengkaran yang terjadi antara dirinya dengan suaminya, maka ulama tersebut menjawab:

من احترام الزوج يأتي احترام الزوجة، إلا إن كان الزوج لئيمًا.

“Berawal dari memuliakan suami akan muncul pemuliaan terhadap isteri, kecuali jika suami seorang yang rendah akhlaknya.”

Sumber || https://twitter.com/aljuned77/status/757951632919392256

WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

https://telegram.me/forumsalafy/5237

Agar Isteri Dicintai Suami

Kemuliaan dan Kemenangan Kaum Muslimin

Al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah,

“Apabila kaum muslimin menginginkan ‘izzah (kemuliaan) dan kemenangan maka di sana ada sesuatu yang harus direalisasikan, yaitu iman dan tauhid, serta hal-hal yang mengiringi keduanya. Jika tidak, maka tidak ada kemenangan. Bahkan para musuh akan terus menguasai mereka (kaum muslimin), selama mereka masih terus menentang dan sombong tidak mahu bertaubat kepada Allah, tidak mahu ingat, dan tidak mahu kembali.”

Asbab an-Nushrah wa at-Tamkin wa Sabiil an-Nuhudh, dari al-Majmu’ ar-Raa’iq, hal. 406

Lihat
http://www.manhajul-anbiya.net/kemuliaan-dan-kemenangan-kaum-muslimin/
Majmu’ah Manhajul Anbiya
Join Telegram https://tlgrm.me/ManhajulAnbiya
Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net

 

Kemuliaan dan Kemenangan Kaum Muslimin

Manusia yang Paling Mulia

Asy-Sya’by -rahimahullah- berkata:

“Manusia yang paling mulia adalah yang paling mudah mencintai dan paling lambat bermusuhan, seperti gelas dari perak, susah pecah dan mudah diperbaiki. Sedangkan manusia yang paling hina adalah yang paling lambat mencintai dan paling cepat bermusuhan, seperti gelas dari tanah liat, mudah pecah dan susah diperbaiki.”

(Rufaqaa’utht Thariiq, terbitan Daarul Qaasim, Riyadh, hal. 22)

Manusia yang Paling Mulia