Kewajipan Memberi Nafkah

Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan bahwa kewajiban memberi nafkah itu ada 3 syarat:

1. Pihak yang akan dinafkahi itu termasuk fakir. Jika mereka kaya, tidak berhak mendapat nafkah.

2. Ada kelebihan harta pada orang yang akan menafkahi. Jika orang yang akan menafkahi itu hanya punya harta untuk diri dan keluarganya saja, ia tidak wajib memberi nafkah.

3. Orang yang akan memberi nafkah itu termasuk ahli waris. Jika ia bukan ahli waris, tidak wajib memberi nafkah.

(al-Mughni (8/168))

Sebagai contoh, seorang kakak kandung atau adik kandung wajib memberi nafkah kepada saudara perempuannya yang janda (ditinggal mati suaminya) apabila terpenuhi 3 syarat itu. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, ia tidak wajib memberi nafkah, hanya dianjurkan memberi bantuan sedekah atau hadiah jika ada kelebihan harta.

Misalkan seorang kakak atau adik laki-laki itu bukan ahli waris, ia tidak wajib memberi nafkah. Saudara kandung tidak berhak mendapat waris apabila masih ada orangtua (ayah/ibu) atau anak. Misalkan janda wanita itu memiliki anak, adik kandung laki-lakinya bukanlah ahli waris, karena terhalangi oleh anak itu.

Datuk tiri atau bapa saudara tidak masuk ahli waris. Sehingga mereka juga tidak berkewajiban memberi nafkah.

Namun, siapapun yang bisa membantu seorang janda yang fakir, meski dia bukan kerabat wanita itu, itu termasuk bagian dari jihad. Hanya saja cara penyampaian bantuannya itu jangan sampai melanggar syar’i, misalkan berkhalwat, dan semisalnya.

الساعى على الأرملة والمساكين كالمجاهدين في سبيل الله وكالذى يصوم النهار ويقوم الليل

Seorang yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang berjihad di jalan Allah dan seperti seorang yang berpuasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)

Dikongsi oleh Ustaz Abu Uthman Kharisman

Kewajipan Memberi Nafkah

JANGAN RISAUKAN DUNIA YANG HILANG

*🚇JANGAN RISAUKAN DUNIA YANG HILANG*

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, bahwa Rasulullah [ﷺ] bersabda:

{ أرْبَعٌ إذَا كُنَّ فِيكَ فَلَا عَليْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا صِدْقُ الحَدِيثِ، وحِفْظُ الأمَانَةِ، وَحُسْنُ الخُلُق، وعِفَّةُ مَطْعَمً. }

[ ※ ] — Empat perkara jika terdapat pada diri kalian, maka kalian jangan khawatir terhadap sesuatu yang hilang dari dunia;

(•) ucapan yang jujur,
(•) menjaga amanah,
(•) akhlak yang terpuji
(•) serta makanan yang halal.

📚[HR al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, juz. 4 hal. 1853, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 873]

📮••••[ Edisi Faidah ]
/ t.me/ukhuwahsalaf
/ http://www.alfawaaid.net

✍🏻__ [ Dari ]
/ t.me/s/salafy_cirebon

_________

JANGAN RISAUKAN DUNIA YANG HILANG

BAHAYA TIDAK MENYANDARKAN KENIKMATAN KEPADA ALLAH SEMATA

بسم الله الرحمن الرحيم

📄☕ BAHAYA TIDAK MENYANDARKAN KENIKMATAN KEPADA ALLAH SEMATA

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,

الإنسان إذا أضاف النعمة إلى عمله وكسبه ففيه نوع من الإشراك بالربوبية وإذا أضافها إلى الله لكنه زعم أنه مستحق لذلك وأن ما أعطاه الله ليس محض تفضل لكن لأنه أهل ففيه نوع من التعلي والترفع في جانب العبودية.

“Apabila seseorang menyandarkan kenikmatan kepada amal dan usahanya, maka dia terjatuh kedalam jenis kesyirikan dalam hal rububiyyah. Jika dia sandarkan kepada Allah, tetapi dia menyangka bahwa dirinya berhak mendapatkannya dan pemberian Allah itu bukan murni keutamaan-Nya melainkan karena dia ahlinya, maka dalam hal ini dia terjatuh kedalam salah satu jenis kesombongan dalam hal penghambaannya kepada Allah.”

📖 Sumber:
Al-Qaul al-Mufid, hlm. 521.

📲 Alih Bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفر الرحمن له.

🏡 Kanal Telegram:
https://t.me/alfudhail

BAHAYA TIDAK MENYANDARKAN KENIKMATAN KEPADA ALLAH SEMATA

MERAHASIAKAN AMAL KEBAIKAN & TIDAK BERBANGGA DENGANNYA

Abu Hazim rahimahullah berkata,

“Sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekanmu, dan jangan sekali-kali engkau merasa bangga dengan amalanmu, karena engkau tidak mengetahui apakah termasuk dari golongan orang yang sengsara ataukah bahagia”.

Sumber : Syu’abul iman karya Al Imam Al Baihaqy

قالَ أَبُو حَازِمٍ :

« أَخْفِ حَسَنَتَكَ كَمَا تُخْفِي سَيِّئَتَكَ ، وَلا تَكُونَنَّ مُعْجَبًا بِعَمَلِكَ ، فَلا تَدْرِي أَشَقِيٌّ أَنْتَ أَمْ سَعِيدٌ »

[( شعب الإيمان للبيهقي )]

MERAHASIAKAN AMAL KEBAIKAN & TIDAK BERBANGGA DENGANNYA

KITA SELALU BERGANTUNG PADA PERTOLONGANNYA

قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله:

‏”العبد محتاج في كل وقت إلى الاستعانة بالله على طاعته وتثبيت قلبه”.

[جامع المسائل]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Seorang hamba bergantung pada pertolongan Allah pada setiap waktu untuk taat kepada-Nya serta mengukuhkan hatinya.”

Jāmi’ul Masā-il

———-
twitter.com/AhmadbinTaymiya/status/1390886741305962496
———
Channel: http://te.me/belajar_beramal
————-
Turut mempublikasikan:
http://t.me/KEUTAMAANSUNNAH

KITA SELALU BERGANTUNG PADA PERTOLONGANNYA

DUKUNGAN KITA TERHADAP MUSLIM PALESTIN

💐📝DUKUNGAN KITA TERHADAP MUSLIM PALESTINA

Penderitaan seorang muslim di mana pun selayaknya juga dirasakan oleh muslim lainnya.

الْمُسْلِمُونَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ إِنِ اشْتَكَى عَيْنُهُ اشْتَكَى كُلُّهُ وَإِنِ اشْتَكَى رَأْسُهُ اشْتَكَى كُلُّهُ

Kaum muslimin bagaikan seorang laki-laki yang satu. Jika matanya sakit, seluruh anggota tubuh lain juga merasa sakit. Jika kepalanya merasakan sakit, seluruh anggota tubuh lain juga merasa sakit (H.R Muslim dari anNu’maan bin Basyiir)

Namun keresahan dan keprihatinan kita jangan sampai membuat kita berbuat keluar dari koridor syariat sesuai arahan para Ulama Ahlussunnah.

Contohnya, berinisiatif untuk berangkat sendirian atau berombongan dalam rangka berjihad melakukan pertempuran fisik ke Palestina. Padahal pemerintah Indonesia tidak memfasilitasi dan mengizinkan. Itu adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Karena salah satu ketentuan jihad yang syar’i adalah di bawah komando pemimpin muslim (waliyyul amr).

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sesungguhnya pemimpin adalah tameng yang (kaum muslimin) berperang di depannya (berdasarkan komando dan arahannya) dan mereka pun berlindung di baliknya (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Al-Qurthubiy rahimahullah menyatakan: Seakan-akan beliau bersabda: yang wajib atau harus dilakukan adalah berperang di depan (sesuai arahan) pemimpin. Jangan sampai seorang berperang sendirian sehingga mengarahkan dirinya pada kebinasaan. Sehingga ia bersama orang yang berperang (tanpa arahan pemimpin) juga binasa (al-Mufhim (12/81)).

Ibnu Hubairah rahimahullah menyatakan: yang demikian itu karena jika seorang mujahid berperang di bawah bendera (komando) pemimpin, bergabungnya ia dalam pasukan itu adalah tameng baginya dari neraka, dan ia terlindung dari kemurkaan Allah Azza Wa Jalla (al-Ifshah ‘an Ma’aaniy as-Shihaah (6/176)).

Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad rahimahullah menyatakan: Pemimpin adalah tameng yang dengannya (kaum muslimin) berperang. Orang-orang berperang mengikuti arahan pemimpin itu, bermakmum di belakangnya. Pemimpinlah yang menjadi rujukan dalam berperang atau mengadakan perjanjian (dengan musuh). Rakyat mengikuti dan tidak berbuat mendahului pemimpin. Mereka (harusnya) berjalan sesuai perintah dan arahan pemimpin. Pemimpinlah yang mengatur pasukan, mengirim pasukan, mengatur siapa yang di depan dan siapa yang di belakang. Pemimpin (harus) diikuti dalam hal itu. Pemimpin pula yang menentukan apakah perlu mengadakan perjanjian damai (dengan musuh). Tidak boleh masing-masing individu berbuat tanpa arahannya (syarh Sunan Abi Dawud (15/73)).

Contoh lain yang tidak sesuai dengan bimbingan syariat adalah imam shalat Ied berinisiatif untuk qunut nazilah dalam shalat Ied, tanpa imbauan dan perintah dari Waliyyul Amr. Selain memang posisi qunut hanyalah pada shalat wajib berupa qunut nazilah atau qunut dalam shalat witir. Sebagaimana difatwakan al-Lajnah ad-Daaimah dalam pertanyaan ke-8 pada fatwa nomor 17332. Artinya, tidak disyariatkan qunut dalam shalat Ied. Qunut nazilah dalam shalat wajib pun semestinya hanya dilakukan jika ada imbauan atau perintah dari waliyyul amr.

Hampir selalu berulang peristiwa penindasan saudara muslim kita di Palestina. Namun, sekali lagi, jangan sampai perasaan dan emosi kita mengalahkan ketundukan pada syariat. Nabi dan para Sahabat adalah orang-orang yang paling bertakwa. Mereka pun sosok-sosok pemberani yang siap berjuang membela agama Allah.

Namun, ada kepingan sejarah dalam kehidupan Nabi dan para Sahabat saat mereka dalam posisi lemah. Di saat itu Allah tidak memerintahkan kepada mereka berperang. Justru diperintah untuk sabar, memperbaiki diri dan kaum muslimin, hingga berhijrah menyusun kekuatan besar. Saat tidak diperintah untuk berperang atau belum disyariatkan berperang, Nabi dan para Sahabatnya hanya bisa bersabar dan saling menguatkan untuk bersabar.
Saat ayah, ibu, dan Ammar bin Yasir (satu keluarga) disiksa di hadapan Nabi shollallahu alaihi wasallam hingga sebagiannya meninggal dunia. Nabi shollallahu alaihi wasallam dan Sahabat Utsman bin Affan yang melihat kejadian menyedihkan itu dengan mata kepala beliau sendiri tidak bisa berbuat banyak. Nabi shollallahu alaihi wasallam hanya bisa menganjurkan keluarga Yasir yang sedang disiksa dan ditindas waktu itu untuk bersabar. Beliau bersabda:

صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى الْجَنَّةِ

Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya akhir perjalanan kalian adalah menuju surga (H.R Abu Nuaim, al-Hakim, al-Baihaqiy, dan lainnya, dinyatakan hasan shahih oleh Syaikh al-Albaniy dalam catatan hadits terhadap Fiqh Siroh)

Kondisi kaum muslimin pun saat tulisan ini dibuat dalam posisi sangat lemah. Terutama dalam hal akidah, iman, dan ketakwaan mereka kepada Allah Azza Wa Jalla. Itulah yang harus terus diperjuangkan untuk dibenahi pada diri kita dan kaum muslimin secara umum.

Yahudi memang kelompok yang dikenal culas, licik, dan suka melanggar perjanjian. Jangankan kepada kaum muslimin di masa kita, terhadap Nabi shollallahu alaihi wasallam saja mereka suka melanggar perjanjian.

Di antara perbuatan yang dilarang oleh para Ulama Ahlussunnah adalah perbuatan bom bunuh diri. Demikian yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah.

Doakanlah saudara kita muslimin Palestina. Selipkan dalam untaian doa-doa kita permohonan pertolongan Allah Azza Wa Jalla untuk mereka. Bisa dengan bahasa yang kita pahami, atau bisa dengan lafadz bahasa Arab, misalkan dengan kalimat:

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي فَلَسْطِيْن
Ya Allah, tolonglah saudara kami kaum muslimin di Palestina

اللَّهُمَّ دَمِّرْ أَعْدَاءَهُمْ الْيَهُوْدَ أَعْدَاءَ الدِّيْن
Ya Allah hancurkanlah musuh mereka Yahudi, musuh agama

Manfaatkan waktu-waktu mustajab di sepertiga malam terakhir, atau di saat antara adzan dan iqomat, saat safar, ataupun dalam shalat ketika sujud maupun doa tasyahhud akhir sebelum salam.

Dukung kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia yang mengarah pada bantuan ke Palestina. Apabila ingin menyalurkan bantuan dana, salurkanlah melalui lembaga-lembaga resmi yang ditunjuk atau direkomendasikan pemerintah Indonesia.

Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa melindungi dan melimpahkan taufiq, pertolongan, dan ampunan-Nya kepada segenap kaum muslimin.

(Abu Utsman Kharisman)

💡💡📝📝💡💡
WA al I’tishom

situs web:
itishom.org

telegram :
https://t.me/alitishombissunnah/

DUKUNGAN KITA TERHADAP MUSLIM PALESTIN

LAILATUL QODR

💐📝LAILATUL QODR

✅ Apa yang Dimaksud dengan Lailatul Qodr?

Secara bahasa, Lailatul Qodr terdiri dari 2 kata: lail yang berarti malam, dan qodr yang berarti takdir. Pada Lailatul Qodr ditulis takdir seluruh makhluk hingga setahun ke depan. Namun, tulisan takdir itu tidaklah berbeda sedikitpun dengan tulisan di Lauhul Mahfudz yang telah tertulis 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Sebagian Ulama’ mengartikan qodr dengan kemuliaan.

✅Apa Saja Keutamaan Lailatul Qodr?

  1. Al-Quran diturunkan (awal kali) di Lailatul Qodr

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul Qodr (Q.S al-Qodr:1)

  1. Beribadah pada malam itu lebih baik dibandingkan beribadah di 1000 bulan lain yang tidak ada Lailatul Qodr-nya

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Lailatul Qodr lebih baik dibandingkan 1000 bulan (Q.S al-Qodr:3).

  1. Pada malam itu para Malaikat turun ke bumi.

Para Malaikat yang merupakan penduduk langit turun ke bumi sehingga menimbulkan banyak kebaikan.

تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

Para Malaikat dan Jibril turun padanya dengan idzin dari Tuhan mereka dengan membawa segala perkara (kebaikan dan keberkahan)(Q.S al-Qodr:4, tafsir al-Baghowy).

Sangat banyak jumlah Malaikat yang turun ke bumi hingga lebih banyak dari jumlah kerikil di bumi.

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِي الأَرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى

Sesungguhnya Malaikat pada malam tersebut di bumi lebih banyak dibandingkan jumlah kerikil (H.R Ahmad, atThoyalisiy, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Bushiry dan al-Albany)

  1. Keselamatan meliputi malam itu hingga terbit fajar.

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Keselamatan pada malam itu hingga terbit fajar (Q.S al-Qodr: 5)

Mujahid –seorang murid Ibnu Abbas- menjelaskan bahwa pada malam itu tidak ada penyakit dan syaithan sama sekali. Sedangkan Qotadah menjelaskan bahwa maksud keselamatan pada malam itu adalah kebaikan dan keberkahan (Zaadul Masiir karya Ibnul Jauzi (6/179-180)).

  1. Pada malam itu ditulis takdir tahunan setiap makhluk. Ditulis takdir seluruh makhluk sejak malam itu hingga tahun berikutnya.

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Di dalamnya ditetapkan setiap (takdir) perkara dengan penuh hikmah (bijaksana) (ad-Dukhan:4)

Pada Lailatu Qodr ditulis takdir seluruh makhluk hingga Lailatul Qodr tahun depan (sebagaimana dijelaskan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany dalam Fathul Baari).

✅Benarkah Anggapan Bahwa Lailatul Qodr Hanya Terjadi di Masa Rasulullah Sedangkan Sekarang Tidak Ada Lagi?

Anggapan itu tidak benar. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu anhu pernah membantah anggapan semacam itu.

عَنْ صَالِحٍ مَوْلَى مُعَاوِيَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ زَعَمُوْا أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ قَدْ رُفِعَتْ قَالَ كَذَبَ مَنْ قَالَ كَذَلِكَ قُلْتُ فَهِيَ فِيْ كُلِّ شَهْرِ رَمَضَانَ أَسْتَقْبِلُهُ قَالَ نَعَمْ

Dari Sholih maula Muawiyah beliau berkata: Aku berkata kepada Abu Hurairah: Mereka menganggap bahwa Lailatul Qodr sudah diangkat. Abu Hurairah menyatakan: Telah berdusta orang yang mengatakan demikian. Aku (Sholih) berkata: Apakah itu ada bisa kutemui pada tiap Ramadhan? Abu Hurairah menjawab: Ya (H.R Abdurrozzaq no 5586)

✅ Kapan Terjadinya Lailatul Qodr?

Nabi shollallahu alaihi wasallam menyuruh kita untuk mencari Lailatul Qodr pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Terlebih pada malam ganjil. Ditekankan lagi pada malam ke-27 dan 29. Pada tiap tahun Lailatul Qodr berpindah dalam kisaran 10 hari terakhir Ramadhan itu (Fatwa Syaikh Bin Baz). Kadangkala pada 21, kadang 23, dan seterusnya. Bisa juga pada malam genap. Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah tidak melewatkan sholat Maghrib, Isya’ dan Subuh berjamaah, melakukan sholat malam (tarawih dan witir) berjamaah, memperbanyak ibadah: baca Qur’an, doa, dzikir di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana yang dilakukan Nabi.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah Lailatul Qodr pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (H.R alBukhari no 1880 dan Muslim no 1998)

فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ

Maka carilah ia (lailatul Qodr) di 10 malam terakhir pada setiap (malam) ganjil (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Said bin al-Musayyid –seorang tabi’i- menyatakan:

مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ، لَمْ يَفُتْهُ خَيْرُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Barangsiapa yang sholat Maghrib dan Isya berjamaah, tidak akan terlewatkan dari kebaikan Lailatul Qodr (riwayat Abdurrozzaq dan Ibnu Abi Syaibah, sanadnya shahih. Pendapat Said bin al-Musayyib tersebut juga disetujui oleh al-Imam asy-Syafii (atTaysiir bi syarhil Jaami’is Shoghir karya al-Munawi(2/826))

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

Barangsiapa yang sholat Isya’ berjamaah, seakan-akan ia qiyaamul lail sepanjang separuh malam. Barangsiapa (diikuti dengan) sholat Subuh berjamaah, seakan-akan ia sholat malam pada seluruh bagian malam (H.R Muslim no 1049 dari Utsman bin Affan)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ أَوْ تَاسِعَةٍ وَعِشْرِينَ

Dari Abu Hurairah –radhiyallaahu anhu- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda tentang Lailatul Qodr: sesungguhnya malam itu adalah malam ke-7 atau ke-9 pada (tanggal) dua puluh (Ramadhan)(H.R Ahmad, atThoyalisiy, dihasankan sanadnya oleh al-Bushiry).

✅Bacaan Apa yang Hendaknya Banyak Dibaca pada Saat Kita Menyangka Malam Itu adalah lailatul Qodr?

Jika kita menduga kuat bahwa malam itu adalah Lailatul Qodr hendaknya kita banyak membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, yang menyukai pemberian maaf, maka maafkanlah aku (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, Ahmad, dari Aisyah, dishahihkan al-Hakim dan al-Albany )

✅Adakah Tanda-tanda Khusus Terjadinya Lailatul Qodr

Disebutkan dalam sebagian hadits tanda-tanda secara fisik tentang Lailatul Qodr, di antaranya:

إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلَا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Sesungguhnya tanda Lailatul Qodr adalah malam itu jernih terang seakan-akan bulan bersinar tenang lembut, tidak dingin dan tidak panas. Tidak ada bintang yang dilempar (kepada syaithan) pada malam itu hingga pagi. Tanda (di pagi hari) matahari keluar tidak ada sinar yang tersebar bagaikan bulan purnama. Tidak boleh syaithan keluar bersamanya pada saat itu (H.R Ahmad dari Ubadah bin as-Shomit, dinyatakan oleh al-Haytsami bahwa perawi-perawinya terpercaya)

(dikutip dari buku “Ramadhan Bertabur Berkah”, Abu Utsman Kharisman)

💡💡📝📝💡💡
WA al I’tishom

situs web:
itishom.org

telegram :
https://t.me/alitishombissunnah/

LAILATUL QODR