Imam Malik Bin Anas
Kembali Pada Quran dan Sunnah berfahaman Salafus Soleh
Imam Malik yang mengatakan :
لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها…
“Tidaklah akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi awalnya…”
http://forumsalafy.net/allah-memisahkan-yang-baik-dengan-yang-buruk/
RAHASIA MERAIH KESELAMATAN DARI KENGERIAN HARI KIAMAT
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata:
من أحبّ أن يُفتح على قلبه وينجو من أهوال يوم القيامة، فليكن عمله في السر أكثر منه في العلانية.
“Siapa yang senang dibukakan hatinya dan ingin selamat dari berbagai kengerian pada hari kiamat nanti, hendaklah amal yang dia rahsiakan lebih banyak dibandingkan amal yang dia tampakkan.”
Sumber || https://twitter.com/ssa_at/status/769498589932482560
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://telegram.dog/forumsalafy
Apa Makna Perkataan Imam Malik Rahimahullah: “Semua orang bisa diterima dan ditolak ucapannya kecuali yang ada di dalam kubur ini (Rosul ﷺ).”
Asy-Syaikh Doktor Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan Hafizhahullah
Pertanyaan :
Penanya bertanya: Syaikh yang mulia, mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada Anda. Apakah perkataan Imam Malik Rahimahullah : “Semua orang bisa diterima dan ditolak ucapannya kecuali yang ada di dalam kubur ini (Rosul ﷺ)” Apakah hal tersebut dalam masalah fiqhiyyah ijtihadiyyah saja ? dan tidak termasuk masalah aqidah ?
Jawaban :
“Masalah aqidah tidak ada khilaf padanya, bukan tempat untuk diterima dan ditolak, karena ia terjaga dan dibangun di atas tauqifiyyah (berdasarkan nash-nash syari’at-pent).
Akan tetapi hal tersebut terkait masalah fiqih. Siapapun bisa diterima ucapannya apabila sesuai dengan dalil, dan ditolak ucapannya apabila menyelisihi dalil.
Inilah yang dimaksud oleh Imam Malik Rahimahullah, na’am.”
Website Syaikh Hafizhahullah
ما معنى كلام الامام مالك -رحمه الله- : “كل يُؤخذ من كلامه ويُرد إلا صاحب هذا القبر” ؟
الشيخ الدكتور صالح بن فوزان بن عبد الله الفوزان حفظه الله
قول فضيلة الشيخ وفقكم الله : هل كلام الإمام مالك -رحمه الله- : “كل يُؤخذ من كلامه ويُرد إلا صاحب هذا القبر” ، هل هو في المسائل الفقهية الاجتهادية فقط دون المسائل العقدية ؟
الجواب : المسائل العقدية مافيها خلاف ، ماهي مجال للأخذ والرد ، لأنها مسلَّمة مبنية على التوقيف ، وإنما هذا في مسائل الفقه ، كلٌ يُؤخذ من قوله ما وافق الدليل ، ويُرد ما خالف الدليل ، هذا قصد الإمام مالك -رحمه الله- . نعم .
موقع الشيخ حفظه الله
Dengarkan audionya dibawah ini
CHANNEL TELEGRAM :
http://bit.ly/pencarialhaq1
TIDAK ADA KEBAIKAN PADA DUNIA YANG MEROSAK AGAMA SESEORANG
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata:
الدنو من الباطل هلكة، والقول بالباطل بُعد عن الحق، ولا خير في شيء وإن كثر من الدنيا بفساد دين المرء ومروءته.
“Mendekat kepada kebathilan merupakan kebinasaan, mengucapkan kebathilan menjauh dari kebenaran, dan tidak ada kebaikan pada sesuatu dari perkara dunia walaupun banyak jika menyebabkan kerusakan agama seseorang dan kehormatannya.”
Tadzkiratul Huffazh, jilid 1 hlm. 157
Sumber || https://twitter.com/OsamaAlamri99/status/820201936184082432
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
MULIAKANLAH ILMU SYARI’AT
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata:
إن العلم يؤتى ولا يأتي.
“Sesungguhnya ilmu didatangi dan bukan mendatangi.”
Beliau juga mengatakan:
إن العلم يُزار ولا يزور.
“Sesungguhnya ilmu dikunjungi dan bukan mengunjungi.”
Kasyful Ghitha, hlm. 26
Sumber || https://twitter.com/OsamaAlamri99/status/819718678165995521
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
Golongan Sufi
Al Qodhi ‘Iyadh rahimahullah berkata:
‘Abdullah bin Yusuf At Tunisi berkata: (Suatu ketika) Kami pernah berada disisi Malik dan para sahabatnya juga berada disekitarnya, lalu ada seorang lelaki dari penduduk Nusaybin berkata:
“Wahai Abu ‘Abdillah, di kalangan kami ada suatu kaum yang dikenal dengan Ash Sufiyah (orang-orang Sufi). Mereka itu makannya banyak. Lalu, selesai makan mereka melantunkan qasidah-qasidah (nyanyian) dan kemudian mereka berdiri dan menari-nari”
Maka Imam Malik berkata: “Apakah mereka itu masih balita ( anak anak belia ) ?”
Dia berkata: “Tidak.”
Beliau (Imam Malik) berkata: “Apakah mereka itu orang orang gila?”
Dia berkata: “Tidak, mereka itu orang-orang yang sudah berumur dan selain itu mereka masih berakal (waras).”
Imam Malik pun berkata: “Kami tidak pernah mendengar seorang pun dari (orang-orang yang) ahli (dalam urusan agama) Islam yang melakukan perbuatan seperti itu.”
Lelaki itu berkata: “Bahkan mereka itu makan-makan kemudian berdiri, lalu menari. Sebahagian mereka ada yang memukul kepalanya dan sebahagian lain menampar pipinya (sendiri).”
Maka tertawalah Imam Malik lalu berdiri dan masuk ke dalam rumahnya.
Sahabat-sahabat Imam Malik pun berkata kepada lelaki itu: “Sungguh, kami telah bermajlis bersama beliau selama tiga puluh tahun lebih, tapi kami tidak pernah melihat beliau tertawa (seperti itu) kecuali pada hari ini.”
Tartib Al Madarik 2/54.
Ilmu Adalah Cahaya dalam Hati
Al-Imam Malik Rahimahullah berkata,
“Ilmu itu bukan dengan sekadar banyak menghafal riwayat, namun ilmu adalah cahaya yang diletakkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hati seorang hamba.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 3/555)